Aceh Timur | rknnews.com
DALAM rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 H, Pemerintah Kabupaten Aceh Timur bersama dengan pejuang subuh Aceh Timur akan menggelar Zikir Akbar dan Tausiah di Masjid Agung Darushalihin Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur, Minggu (07/07/2024) Malam.
Menyongsong tahun baru Islam kali ini pejuang Subuh Mengangkat temanya yaitu “Merekatkan Keislaman yang Damai dan Bahagia”,
Zikir akbar tahun baru Islam ini akan dipimpin oleh Imum Syik Masjid Agung Darushalihin Abi Hasbi. Selain zikir, acara juga diisi dengan tausiah keagamaan yang akan disampaikan oleh Tgk H Mukhtar Ibrahim (Abati Aramiah) Ketua MPU Aceh Timur.
“Insya Allah rencananya, acara kita mulai pada jam 04.30 WIB (Subuh), dan terbuka untuk umum. Kita harapkan para jamaah yang hadir dapat mengenakan pakaian putih,” Ujar Kordinator Pejuang Subuh Aceh Timur Tgk Syafruddin yang biasa di sapa dengan Tgk Din Sari Baru melalui Sekretaris Pejuang Subuh Tgk Ridwan Idy kepada awak Media ini via Whatsapp
Sebagai referensi menyambut tahun baru Islam. Memperbanyak, Membaca doa merupakan salah satu amalan yang dianjurkan saat pergantian Tahun Baru Islam.
Adapun bacaan doa akhir dan awal tahun Hijriah yang dianjurkan dalam Islam adalah doa. Karena merupakan ungkapan rasa syukur dan wujud rendah hati kepada Allah SWT. Membaca doa adalah salah satu cara agar harapan dan cita-cita di tahun depan dapat dikabulkan.
Pada saat pergantian tahun pun, umat Islam dianjurkan untuk mulai membaca doa-doa khusus di akhir dan awal tahun. Jika mengacu pada kalender Islam Hijriah yang dirilis oleh Kementerian Agama RI, pergantian Tahun Baru Islam 1446 H ini akan jatuh pada Minggu 7 Juli 2024.
Dengan demikian, malam pergantian tahun dimulai sejak masuk waktu maghrib pada Sabtu 6 Juli 2024. Nah, berikut bacaan doa awal dan akhir Tahun Baru Hijriah yang dapat diamalkan.
Bacaan Doa Akhir Tahun
Berikut ini doa akhir tahun menyambut bulan Muharram dalam berbahasa Arab, Latin, beserta artinya:
اَللّٰهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ وَحَلُمْتَ فِيْها عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَى عُقُوْبَتِيْ وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِيْ عَلَى مَعْصِيَتِكَ فَإِنِّي اسْتَغْفَرْتُكَ فَاغْفِرْلِيْ وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَى وَوَعَدْتَّنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ فَأَسْئَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ
Latin: Allâhumma mâ ‘amiltu min ‘amalin fî hâdzihi sanati mâ nahaitanî ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ ‘alayya bi fadhlika ba’da qudratika ‘alâ ‘uqûbatî, wa da’autanî ilat taubati min ba’di jarâ’atî ‘alâ ma’shiyatik. Fa innî astaghfiruka, faghfirlî wa mâ ‘amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa’attanî ‘alaihits tsawâba, fa’as’aluka an tataqabbala minnî wa lâ taqtha’ rajâ’î minka yâ karîm.
Artinya: “Tuhanku, aku meminta ampun atas perbuatanku di tahun ini yang termasuk Kau larang-sementara aku belum sempat bertobat, perbuatanku yang Kau maklumi karena kemurahan-Mu-sementara Kau mampu menyiksaku, dan perbuatan (dosa) yang Kau perintahkan untuk tobat-sementara aku menerjangnya yang berarti mendurhakai-Mu. Tuhanku, aku berharap Kau menerima perbuatanku yang Kau ridhai di tahun ini dan perbuatanku yang terjanjikan pahala-Mu. Janganlah kau membuatku putus asa. Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.”
(DN)